Senin, 26 Januari 2015

Profil : Eric "The King" Cantona


Dialah sang raja. Eric ‘The King’ Cantona mengawali karirnya di Manchester United pada pertandingan persahabatan melawan Benfica di Lisbon untuk memperingati ulang tahun ke 50 pemain legendaris Portugal, Eusébio. Pertandingan ofisial pertamanya adalah ketika Cantona masuk menjadi pemain pengganti pada saat derby dengan Manchester City di Old Trafford pada tanggal 12 Desember 1992.


Sebelum mendapatkan Cantona, MU mengalami musim yang menyesakkan, musim sebelumnya mereka hanya bisa menahan nafas melihat Leeds United meraih gelar dengan Cantona sebagai aktor utama Leeds. Musim ini mereka berada di belakang Aston Villa dan Blackburn Rovers yang saling berkejaran untuk meraih gelar liga, begitu juga tantangan maut dari kuda hitam Norwich City dan QPR. Masalah utamanya? Setan Merah tidak mampu mencetak gol. Brian McClair dan Mark Hughes kehilangan sentuhan, Dion Dublin cedera panjang dan Alex Ferguson pusing tujuh keliling.


Masuklah Cantona.


Dia mencetak gol, mengirim assist dan memberikan nuansa juara bagi Man Utd. Tepat seminggu setelah debut melawan The Citizens, Cantona mencetak gol pertama pada pertandingan yang berakhir imbang 1-1 saat berhadapan dengan Chelsea, tepat seminggu kemudian pada Boxing Day, Cantona membantu MU bangkit dari kekalahan 3-0 di babak pertama untuk memaksa imbang Sheffield Wednesday 3-3 dan mencetak gol keduanya. Namun justru dua minggu kemudian, 9 Januari 1993 saat berhadapan dengan Tottenham Hotspurs-lah Cantona menunjukkan kelasnya dengan mencetak satu gol dan membantu terciptanya 3 gol lain untuk hasil akhir 4-1 bagi MU. Musim itu berakhir dengan gelar juara Premier League dengan jarak 10 point dari peringkat kedua, gelar ini adalah gelar juara liga pertama bagi MU di ranah Inggris sejak tahun 1967.


Cantona menjadi pemain pertama – dan sampai saat ini satu-satunya – pemain yang pernah bermain untuk dua klub berbeda yang memenangkan Premier League dua tahun berturut-turut. Musim berikutnya, setelah berhasil mempertahankan gelar juara liga, Cantona mencetak dua gol penalti untuk memenangkan Piala FA dengan total angka 4-0 atas Chelsea. Cantona terpilih sebagai PFA Player of the Year musim itu.


Di musim ketiga, Cantona dan Man Utd sepertinya masih melanjutkan tradisi juara dengan permainan yang konsisten dan hasil yang bagus. Sayang semuanya berakhir berantakan dan MU harus menyerahkan tahta ke Blackburn Rovers. Semuanya bermula pada kejadian yang berlangsung pada tanggal 25 January 1995, Cantona yang sedang melangkah ke kamar ganti terprovokasi oleh Matthew Simmons, seorang hooligans Crystal Palace. Cantona yang tidak terima dengan ejekan Simmons melakukan tendangan kungfu diikuti oleh pukulan beruntun. Kasus yang menjadi berita utama di media Inggris dan dunia ini membuat Cantona menerima denda dan hukuman tidak boleh bermain selama setahun dalam pertandingan bola manapun di tanah Inggris dan Wales. Dalam sebuah konferensi pers dan di tengah serangan pertanyaan wartawan, Cantona mengeluarkan pernyataannya yang paling terkenal dengan tenang, “Ketika camar mengikuti kapal pukat, itu karena mereka pikir sarden akan dilemparkan ke dalam laut. Terima kasih banyak.” Usai pernyataan itu, Cantona bangkit dari kursi dan melenggang pergi dengan santai dari hadapan pers.


Cantona yang meledak-ledak sering mengundang kontroversi, pada musim pertamanya dengan MU, Cantona memukul seorang fan Leeds yang meledeknya dan harus membayar denda. Di musim kedua, usai diusir keluar lapangan pada Piala Champions saat berhadapan dengan Galatasaray, Cantona beradu mulut dengan seorang wasit dan harus absen dalam lima pertandingan karena mendapat kartu merah pada dua pertandingan berturut-turut.


Setelah masa hukumannya selesai, Cantona tampil impresif pada debut melawan Liverpool. Ia mengirim assist untuk Nicky Butt dan mencetak satu gol penalti. Medio Januari, gol Cantona ke gawang West Ham United mengawali 10 kemenangan beruntun di liga untuk mengejar defisit 10 poin dari Newcastle United. Gol tunggal Cantona kembali terjadi pada beberapa pertandingan berikutnya, sekaligus ketika Cantona menciptakan gol untuk menyamakan kedudukan dengan QPR pada tanggal 9 Maret yang pada akhirnya membawa Man Utd merebut tahta dari Newcastle United. Mereka tidak tergoyahkan hingga akhir musim dan memenangkan gelar ketiga liga dalam empat musim terakhir. Tidak cukup itu saja, Cantona mencetak satu-satunya gol yang memberikan gelar Piala FA bagi MU saat berhadapan dengan Liverpool dengan sebuah gol indah yang mungkin gol terbaik Cantona sepanjang masa. Cantona kembali dari masa-masa gelap dalam hidupnya untuk membawa Man Utd menjadi tim pertama yang dua kali memenangkan gelar ganda.


Kepergian Steve Bruce di musim berikutnya menahbiskan Cantona sebagai kapten United, sekaligus sang raja di Old Trafford. Dengan barisan pemain muda seperti Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt dan Gary Neville dalam bimbingannya, Man Utd mempertahankan gelar di musim berikutnya. Sayangnya, secara mengagetkan Cantona memutuskan bahwa ini adalah musim terakhirnya bermain sepakbola profesional dan ia menggantungkan sepatu di usia 30 tahun.


Eric Cantona bersumpah kalau ada satu-satunya alasan dia kembali ke dunia sepakbola Inggris, itu hanyalah untuk dan hanya untuk menjadi orang nomor satu di Manchester United.


Karir di Klub

1983–1988 Auxerre 82 (23)
1985–1986 Martigues (loan) 15 (4)
1988–1991 Marseille 40 (13)
1989 Bordeaux (loan) 11 (6)
1989–1990 Montpellier (loan) 33 (10)
1991 Nîmes 16 (2)
1992 Leeds United 28 (9)
1992–1997 Manchester United 144 (64)

Karir di Timnas

1987–1995 France 45 (20)

Sejarah : Manchester United vs Bayern Muenchen (Final Liga Champions 1999)

Final Liga Champions 1999 dilangsungkan di Stadion Camp Nou, Barcelona tanggal 26 Mei 1999, antara Manchester United (Inggris) melawan Bayern München(Jerman). Sepanjang sejarah Liga Champions UEFA, final ini bisa dianggap sebagai final paling dramatis yang pernah ada. Manchester United -- secara dramatis -- berhasil mencetak dua gol di injury time setelah sebelumnya kalah 0-1 di 90 menit waktu normal. Trofi ini juga memastikan raihan treble winner untuk Manchester United, menjuarai Piala FA di awal bulan dan juara Premiership 11 hari sebelum Final LC.

Lawan dari Setan Merah, Bayern München, juga mengejar kemenangan di final karena mereka telah memenangkan Bundesliga dan akan bermain di final Piala DFB-Pokal beberapa minggu kemudian. Pada pertandingan ini, Manchester United mengenakan seragam kebesaran berwarna merah dan putih, sedangkan Bayern Muenchen memakai kostum abu-abu (seragam kedua) mereka. Wasit Pierluigi Collina (Italia) -- yang kemudian menjadi 'sesepuh' wasit di Italia -- menyatakan bahwa pertandingan ini adalah pertandingan yang paling dikenang olehnya selama karirnya.

BABAK PERTAMA

Enam menit setelah pertandingan dimulai, bek Ronny Johnsen dari Man. United melanggar striker Bayern Carsten Jancker. Mario Basler mengeksekusi free-kick itu dengan rendah, melewati pagar betis, membobol gawang United. Tendangan Mario Basler cukup spektakuler -- melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal oleh Peter Schmeichel.

Awal mula yang buruk bagi United. Memasuki pertengahan babak pertama, pasukan Fergie mulai mendominasi tetapi gagal menciptakan peluang yang berbahaya ke arah gawang Bayern. Jelas sekali Setan Merah menjadi kurang eksplosif tanpa gelandang Paul Scholes dan Roy Keane -- terkena hukuman di semifinal sebelumnya.
Di lain pihak, lini pertahanan Bayern yang diatur Ottmar Hitzfeld tanpak sangat rapi dan teratur. Andy Cole, yang berusaha mendekati kotak penalti, langsung dihadang oleh bek-bek Die Roten. Bayern Muenchen juga tampak berusaha melakukan counter-attack saat United kehilangan bola di daerah Bayern. Carsten Jancker memberondong lini belakang United dengan aksi solo-run yang baik -- tetapi terkena off-side, terima kasih untuk lini pertahanan rapi yang dipimpin oleh Jaap Stam.

Andy Cole berhasil melepaskan tendangan di kotak München, tetapi kiper Oliver Kahn berhasil menepis bola. Kemudian, Alexander Zickler melakukan tendangan spekulasi yang melebar ke gawang Schmeichel. Mario Basler mengeksekusi free-kick sekali lagi, gagal mengarah ke gawang. Di akhir babak pertama, sayap kanan United Ryan Giggs menerima umpan dari Cole, disundul olehnya ke arah Kahn, gagal menjadi gol. Babak pertama berakhir.

BABAK KEDUA

Awal babak kedua, Jancker berhasil memaksa Peter Schmeichel terbang menyelamatkan gawangnya. Basler kembali mengancam United lewat tendangan spekulasinya dari jarak 30 meter, dan lalu memberikan umpan yang gagal dimanfaatkan oleh Markus Babbel.

United balik menyerang. Di menit ke-55, Giggs memberikan umpan silang kepada Jesper Blomqvist, ditendang oleh Jesper, hanya mengenai tiang gawang. Waktu yang menipis memaksa pelatih United Alex Ferguson menukar Blomqvist dengan Teddy Sheringham untuk mencetak satu gol saja -- United berusaha memaksa München bermain imbang.

Pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld menukar Zickler dengan gelandang Mehmet Scholl. Hasilnya langsung tampak, dan Bayern München tampak mendominasi. Scholl memberikan peluang bagi Stefan Effenberg, sebuah tendangan keras yang sayangnya melenceng. Schmeichel kembali mematahkan peluang Bayern setelah men-tip tendangan Effenberg di menit 75. Lalu, Basler kembali membuka peluang dengan aksi solo-run yang gagal membuahkan gol, tetapi Scholl di sana men-chip bola... memantul tiang, bola ke tangan Schmeichel.

Memasuki 10 menit terakhir, tampaknya Old Trafford akan menangis. Ferguson mengeluarkan Andy Cole dan memasukkan Ole Gunnar Solskjaer -- yang saat itu dikenal sebagai supersub. Solskjaer langsung memaksa Kahn menepis sundulan terarah Solskjaer -- sangat dekat dengan gol yang dinanti. Semenit kemudian Carsten Jancker menendang keras, menghantam tiang gawang. Lima menit terakhir, aksi Teddy Sheringham dengan tendangan voli dan sundulan dari Solskjaer memaksa Oliver Kahn berjibaku menyelamatkan gawang.

INJURY TIME

Offisial keempat memberikan waktu tiga menit bagi Fergie's Fledgings untuk mencetak dua gol. Segera setelah memasuki injury time, United mendapatkan peluang lewat tendangan bebas. Penonton berpikir bahwa ini adalah serangan terakhir United. Sebelum Beckham mengeksekusi, Peter Schmeichel maju ke depan untuk mencetak gol.

Mukjizat terjadi. Tendangan Beckham melayang di atas kepala Schmeichel. Dwight Yorke di sana, mengeksekusi... digagalkan oleh Thorsten Fink, disapu keluar. Sapuan tidak sempurna -- Giggs ada di sana! Giggs, di sisi kanan lapangan, menembak -- sayang terlalu lemah dan lambat... ada Sheringham di sana! Menyapu bola dengan kaki kanan... GOL!!! Bersarang di pojok gawang! Tampak United memaksa perpanjangan waktu digelar -- tujuan Fergie untuk Sheringham tercapai.

Keajaiban terus berlanjut. 30 detik kemudian, satu lagi tendangan pojok untuk United -- Schmeichel tetap di gawangnya kalau-kalau Bayern melakukan serangan balik. Beckham kembali mengeksekusi tendangan pojok, disundul oleh Sheringham ke bawah... ada Solskjaer! Tendangan ke atas... masuk ke gawang München! Gol kembali dicetak United. Solskjaer meniru perayaan gol Mario Basler sebelumnya dengan sliding di lututnya. Sontak sorak-sorai dari seantero stadion -- yang disebut Pierluigi Collina sebagai "auman singa". Solskjaer dikerubungi oleh para pemain United, pengganti, dan juga staf-stafnya di bangku cadangan. Schmeichel tampak sangat gembira di area gawangnya.

Permainan masih dilanjutkan, skor sudah 2-1 dan tinggal semenit lagi untuk bermain. Namun, pemain Bayern tampak sudah kehilangan semangat. Mereka kalah di laga yang sebelumnya mereka menangkan 2 menit sebelumnya. Beberapa kembang api sudah diluncurkan dari fans München beberapa saat sebelum keajaiban terjadi. Bahkan pemahat tulisan "Bayern München" di trofi LC dan pita dekorasi abu-abu (untuk München) sudah disiapkan dan trofi sudah dibawa ke pinggir lapangan. Ketika United mencetak gol kedua, trofi dibawa kembali ke dalam dan dihiasi dengan pita merah-putih untuk Man. United -- tulisan Manchester United di trofi agak berantakan.

United mempertahankan kemenangan mereka, artinya mereka meraih trofi kedua mereka di Liga Champions. Samuel Kuffour menangis setelah pertandingan, dalam kesedihan, begitu pula dengan Carsten Jancker. Muka Lothar Matthaus tampak kosong setelah gol kedua United. Dia telah ditukar empat menit sebelumnya. Faktanya, di akhir kariernya Matthaus gagal meraih trofi Liga Champion -- ia telah memenangkan seluruh piala di Jerman, Piala UEFA, dan Piala Dunia. Clive Tyldesley berkomentar, "Apa yang harus dipikirkan Lothar Matthaus? Yah, sungguh suatu kehormatan, siapa peduli?"

Ketika trofi diberikan kepada Manchester United, kapten Fergie's Fledglings malam itu, Peter Schmeichel, mengangkat trofi bersama-sama dengan gaffer Alex Ferguson. Biasanya hanya kapten yang mengangkat trofi. Ini juga menjadi final terakhir dan pertandingan terakhir Peter Schmeichel. Ia memutuskan pensiun setelah pertandingan ini.







Minggu, 25 Januari 2015

Eks Manchester United Segera Gabung Persebaya Surabaya



Tim peserta Indonesia Super League, Persebaya Surabaya, selangkah lagi menggaet pemain tengah yang pernah membela Manchester United, Eric Djemba-Djemba.

Pemain yang kini telah menginjak usia 33 tahun itu diyakini masih memiliki kualitas untuk menambah kekuatan tim Bajul Ijo. CEO Persebaya, I Gede Widiadi pun berkaca kepada performa Emmanuel 'Pacho' Kenmogne, yang sudah berusia 34 tahun namun masih tajam.

"Usianya memang sudah tua, 33 tahun. Tapi, coba lihat Pacho Kenmogne, sudah tua masih bisa main bagus. Kami mau uji kemampuannya selama seminggu. Tapi, 90 persen dia kami kontrak," ungkap Gede ketika ditemui di Jakarta.

Ditambahkan oleh Gede, bahwa nilai kontrak yang disiapkan untuk mantan pemain timnas Kamerun itu cukup mewah dan berbeda dibandingkan pemain lain. "Yang jelas nilai kontrak akan berbeda dari pemain asing lain," katanya.

Djemba-Djemba sendiri sudah tiba di Jakarta sejak Kamis (22/1) kemarin, dan yang bersangkutan mengaku bersemangat untuk tampil di ISL.

"Indonesia punya atmosfer sepakbola yang bagus. Kebetulan, saya punya kesempatan untuk gabung ke Persebaya. Saya ingin bawa klub ini jadi juara," papar pemain yang membela United sejak 2003 hingga 2005 itu. 



(Source : Goal Indonesia)








Sabtu, 24 Januari 2015

Manchester United Klub Terkaya Dunia Kedua Di Dunia

Manchester United secara mengejutkan kembali melakukan lonjakan pendapatan hingga kini menempati urutan kedua klub terkaya di dunia, di belakang Real Madrid, sepanjang musim 2013/14 versi Deloitte Football Money League (DFML).

Daftar itu baru saja dirilis DMFL pada Kamis (22/1). Dalam daftar 20 besar klub sepakbola terkaya di dunia, dilaporkan bahwa total pendapatan The Red Devils sepanjang musim lalu mencapai £5,2 miliar. Jumlah itu naik £669 juta dibanding musim 2012/13.

Juara Liga Champions, Real Madrid, masih bertahan sebagai pemuncak daftar, untuk musim kesepuluh secara konsekutif. Namun begitu Liga Primer Inggris semakin menegaskan jika mereka merupakan liga paling elit, dengan mendominasi daftar lewat sumbangsih delapan klubnya.

Man United jadi klub yang paling disorot. Meski musim lalu berprestasi jeblok dengan terdampar di peringkat ketujuh, pendapatan mereka malah naik hingga menyentuh nilai £433,2 juta. Fakta itu membuat Setan Merah terbang dua peringkat dari musim 2012/13, hingga kini menjadi runner-up di belakang Madrid.

"Meski mereka [Man United] melalui musim yang buruk pada 2013/14 lalu, strategi komersial mereka dengan mengamankan mitra global dan regional, mampu memberikan pertumbuhan substansial," ujar Austin Houlihan, Senior Manager Deloitte.

"Absennya mereka di kompetisi Eropa musim ini baru akan memberikan efek pada daftar peringkat DMFL tahun depan. Namun jika mereka lolos ke Liga Champions 2015/16, kemungkinannya kuat mereka akan berada di puncak dalam kurun dua tahun."



Manchester City, Arsenal, dan Liverpool jadi klub EPL lainnya yang berada di posisi sepuluh besar, denganTottenham Hotspur disusul dua pendatang baru, Newcastle United dan Everton, melengkapi peserta EPL dalam daftar 20 tim terkaya.




Kesuksesan Madrid meraih La Decima musim lalu seturut dengan kondisi finansial mereka, yang mengalami perkembangan hingga enam persen mencapai total pendapatan £459,5 juta.

Rival abadi mereka, Barcelona, mengalami penurunan hingga terjun dua peringkat ke posisi empat, lewat pendapatan £405,2 juta. Sementara Bayern Munich bertahan di posisi ketiga dengan pendapatan mencapai £407,7 juta.

Paris Saint-Germain kemudian nangkring di peringkat lima (£396,5 juta), diikuti juara EPL Manchester City (£346,5 juta), Chelsea (£324,4 juta), Arsenal (£300,5 juta) dan kemudian Liverpool (£255,8 juta) di posisi sembilan. 
Tottenham duduk di peringkat 12 dengan £180,5 juta, sementara Newcastle (£129,7 juta) dan Everton (£120,5 juta) ada di peringkat 19 dan 20.

Tak hanya menonjol dari jumlah klub EPL yang mendominasi 20 besar, seluruh peserta EPL musim lalu bahkan masuk dalam daftar 40 besar klub terkaya di dunia.

"Penawaran baru terhadap hak siar untuk Liga Primer Inggris telah diterjemahkan melalui pendapatan klub yang mendominasi daftar," tambah Houlihan.

"Bahkan setiap klub EPL dilaporkan mencapai rekor pendapatannya di sepanjang musim 2013/14 lalu. Di antara mereka, delapan yang masuk daftar 20 besar menerima total pendapatan hak siar sebanyak £0,9 miliar. Faktanya seluruh klub di EPL masuk dalam daftar 40 besar. Hal itu merupakan bukti bahwa daya tarik liga global dan keseteraan distribusi untuk dinikmati klub, relatif dengan rekan-rekan mereka di Eropa.

"Selain itu Liga Primer Inggris juga sedang bernegosiasi untuk siklus hak media dan melanjutkannya dengan antisipasi nilai yang lebih tinggi," pungkasnya.